REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mahasiswa Departemen Geofisika dan Meteorologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
melalui serangkaian penelitian berhasil menemukan biotoilet yang bisa
dimanfaatkan untuk daerah bencana seperti tempat pengungsian.
Humas
IPB Ir Henny Windarti, M.Si dalam penjelasan di Bogor, Selasa,
mengatakan, mahasiswa tersebut adalah Fauziah Nur Annisa, Septian
Suhandono dan Yani Mulyani. Ia menjelaskan penelitian inovatif mahasiswa
itu diberi judul "Biotoilet berbasis sekam padi dan alkohol hasil
fermentasi limbah agar-agar (Gracillaria sp.) sebagai solusi kelangkaan
air bersih di daerah pengungsian".
"Inovasi tersebut juga
berhasil meraih juara I Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan ( FTSL) di
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada April 2011,"
katanya. Menurut Fauziah Nur Annisa, biotoilet merupakan alternatif baru
karena toilet ini tidak memerlukan air yang banyak seperti toilet pada
umumnya.
Biotoilet menggunakan bahan baku lokal yang bernilai
limbah seperti limbah hasil pengolahan agar-agar dan sekam padi.
"Biotoilet ini pun cocok dibuat pada keadaan darurat dan tempat krisis
air seperti pada tempat-tempat pengungsian karena tidak mencemari
lingkungan, dan mencegah timbulnya penyakit akibat sanitasi buruk yang
biasanya dijumpai pada tempat-tempat pengungsian," kata koordinator
kegiatan "Indonesian Climate Student Forum" itu.
Ia menjelaskan,
kebutuhan padi sebagai makanan pokok bangsa Indonesia meningkat dari
tahun ke tahun sehingga mengakibatkan limbah sekam yang dihasilkan makin
melimpah.
Jumlah sekam bervariasi tergantung pada kondisi
penggilingan padi. Dari penggilingan padi dapat dihasilkan 65 persen
beras, 20 persen sekam, dan sisanya hilang. Sedangkan dalam sekam
sendiri mengandung senyawa organik berupa lignin dan chetin, selulosa,
hemiselulossa (pentosan), senyawa nitrogen, lipida, vitamin B, asam
organik, dan lainnya.
Dalam sekam padi terdapat 34,34-43,80
persen selulosa yang memiliki sifat di antaranya luas permukaan dan
porositas tinggi (85 - 90 persen ruang udara) yang mampu menahan air
sebesar 35 - 40 persen.
Dengan jumlah yang cukup banyak ini,
selulosa dapat menjadi terobosan alternatif sebagai bahan untuk menyerap
cairan dan bau yang dihasilkan dari kotoran pada konsep kerja
biotoilet.
Selain itu basis dari biotoilet adalah alkohol hasil
fermentasi limbah agar-agar. Limbah industri agar-agar (Gracillaria sp.)
merupakan salah satu sumber bahan baku industri kertas yang potensial.
Selain
itu, toilet kering ini tidak menebarkan bau layaknya "septic tank"
biasa, serta tidak memerlukan saluran pembuangan khusus. Bioteilet cocok
jika diaplikasikan pada daerah bencana yakni tempat-tempat pengungsian
yang sifatnya darurat dan sementara.
Ia menambahkan, biotoilet
dirancang khusus sehingga tidak menimbulkan pencemaran karena kotorannya
ditampung ke dalam "dry box" yang terbuat dari baja dan lapisan
"stainless steel" yang cukup tebal.
Dikemukakannya, "dry box" itu
diisi juga dengan sekam padi yang berfungsi untuk menyerap cairan dan
bau yang dihasilkan dari kotoran. Kotoran langsung ditangkap sekam padi
di "dry box" (kotak reaktor) yang berada di bawah lubang toilet. "Limbah
secara alami terurai menjadi CO2 dan H2O dan tidak memerlukan bakteri
khusus, juga tidak menimbulkan bau," katanya.
13 October 2011
Ini Dia, Biotoilet Karya Mahasiswa IPB untuk Daerah Bencana
3:01 PM
Kang